Selasa, 21 Mei 2013

Cerita Rakyat Sumatera Utara - Batu Gantung

Diposting oleh Purnama Clara Simanjuntak. di 5/21/2013 09:19:00 PM 0 komentar


BAB 1. ANALISIS SINOPSIS
                Di sebuah desa terpencil di pinggiran Danau Toba, Sumatera Utara, hidup sepasang suami istri dengan seorang anak perempuannya yang cantik jelita bernama Seruni. Seruni sangat rajin membantu orangtuanya bekerja di lading, setiap hari keluarga kecil itu mengerjakan ladang mereka yang berada di tepi Danau Toba, dan hasilnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
                Pada suatu hari. Seruni pergi ke ladang seorang diri. Seruni hanya ditemani anjing kesayangannya namanya Toki. Sesampainya diladang gadis itu tidak bekerja tetapi hanya duduk termenung sepeti ia mengalami masalah yang sulit untuk dipecahkannya. Memang beberapa hari ini wajah Seruni tampak murung, dia sangat sedih karena akan dinikahkan kedua orang tuanya dengan seorang pemuda yang masih sepupunya. Ia sangat bingung, disatu sisi ia tidak mau mengecewakan kedua orang tuanya dan disisi lain ia tidak sanggup berpisah dengan pemuda pujaan hatinya. Karena tidak sanggup memikul beben berat itu ia pun mulai putus asa.
                “Ya Tuhan ! Hamba sudah tidak sanggup hidup dengan beban ini,” keluh Seruni. Dengan berderai air mata Seruni beranjak dari tempat duduknya perlahan kearah Danau Toba. Gadis itu ingin mengakhiri hidupnya dengan melompat ke Danau Toba yang bertebing curam itu. Seruni terus berjalan kearah tebing Danau Toba tanpa memerhatikan jalan yang dilaluinya. Tanpa diduga, ia terperosok ke dalam lubang batu yang besar dan masuk kedasar lubang. Gadis cantik itu sangat ketakutan.  “Tolooonngg……! Tolooonngg……! Tolong aku Toki” terdengar Seruni meminta tolong kepada anjing kesayangannya. Toki mengerti jika Seruni membutuhkan pertolongannya, namun ia tidak dapat berbuat apa-apa.
                “Ah, lebih baik aku mati saja daripada hidup menderita” pasrah Seruni. Toki yang mengetahui majikannya terancam bahaya segera berlari pulang ke rumah untuk meminta bantuan.                               “Auggg…! Auggg…! Auggg…!” Toki menggonggong sambil mencakar-cakar tanah.                                          “Toki…, mana Seruni? Apa yang terjadi dengannya?” tanya ayah Seruni kepada anjing itu. Toki membawa ayah dan ibu Seruni ke arah ladang dan langsung menuju ke arah mulut lubang itu. Alangkah terkejutnya ketika Ayah dan Ibu Seruni melihat ada lubang batu yang sangat besar dipinggir ladang mereka. Di dalam lubang terdengar suara seorang wanita : “Parapat… ! Parapat batu … Parapat !”.           “Sernuniii…! Seruniii…!” teriak Ayah Seruni. Beberapa kali ayahnya berteriak tetapi tidak dapat jawaban dari Seruni. Hanya terdengar suara Seruni sayup-sayup yang menyuruh batu itu merapat untuk menghimpitnya.    
                Warga yang hadir ditempat itu berusaha membantu. Salah seorang warga mengulurkan seutas tali samapi ke dasar lubang, namun tali itu tidak tersentuh sama sekali. Ayah Seruni semakin khawatir dengan anaknya. Sesaat kemudian, tiba-tiba terdegar suara gemuruh. Bumi bergoyang dengan dashyatnya seakan hendak kiamat. Lubang batu itu tiba-tiba menutup sendiri. Tebing-tebing di pinggir Danau Toba pun berguguran. Ayah, Ibu, serta seluruh warga berlari kesana-kemari untuk menyelamatkan diri. Beberapa saat setelah gempa itu berhenti, tiba-tiba sebuah batu besar yang menyerupai tubuh seorang gadis dan seolah-olah menggantung pada dinding tebing di tepi Danau Toba. Oleh karena itu batu itu kemudian diberi nama “Batu Gantung”.


BAB 2. ANALISIS INTRINSIK
a.      TEMA : Jika kita mempunyai masalah yang berat. Carilah jalan keluar yang terbaik.
b.      AMANAT :
Sebesar apapun masalah pasti punya jalan keluar, karena Tuhan tidak pernah member cobaan di luar kemampuan manusia. Jadi, jika kita punya masalah, sebesar apapun masalah itu piker kembali bagaimana jalan keluar yang terbaik.
c.       PENOKOHAN :
- Seruni                : mudah putus asa, rajin, dan baik
- Ayah Seruni     : bertanggung jawab dan peduli
- Ibu Seruni        : bertanggung jawab dan peduli
- Toki                     : penurut, pintar, dan baik

d.      LATAR :
- Waktu                : malam hari
- Tempat              : sebuah desa, di ladang, tebing Danau Toba, lubang batu, rumah
- Suasana             : mencekam, sedih, kecewa

e.    ALUR :
 - Awal                      : Diperkenalkan siapa Seruni itu. Darimana asalnya gadis itu.
- Tengah                  : Seruni merasa sangat bingung karena harus menikah dengan seorang   pemuda yang masih sepupunya. Karena tertekan beban berat, diapun memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
- Akhir                      : Seruni akhirnya mengakhiri hidupnya di dalam sebuah lubang besar di dekat ladang mereka.

BAB 3.  ANALISIS NILAI
a.        Nilai Sosial :
-          Rajin membantu orang tuanya bekerja di ladang
-          Toki : Mengerti jika majikannya membutuhkan pertolongan
-          Seruni tidak ingin menegecewakan kedua orang tuanya
b.      Nilai Budaya :
-          Batu itu merupakan penjelmaan Seruni yang terhimpit batu cadas di dalam lubang
-          Pekan yang berada di tepi Danau Toba kemudian diberi nama “Parapat”
c.       NIlai Moral
-          Akibat buruk dari sikap putus asa adalah menemui ajanya karena dia merasa memiliki beban yang sangat berat
-          Rela menikah dengan seorang pemuda yang masih sepupunya agar tidak megecewakan kedua orang tuanya




BAB 4. ANALISIS SOSIAL
a.       Ciri-ciri cerita rakyat yang tampak :
-          Anonim
-          Menggunakan bahasa tutur/lisan
-          Komunal
-          Bersifat Statis
-          Tidak berangka tahun
b.      Asal Daerah : SUMATERA UTARA
c.       Pengaruh terhadap budaya dan parawisata :
Baik. Karena menjadi salah satu legenda atau cerita rakyat yang tekenal dikalangan masyarakat sekitar, sehingga dari daerah-daerah lain cukup banyak orang yang mengetahui. Dapat membuat daerah sekitar menjadi dikujungi oleh banyak kalangan masyarakat.
d.      Hal apa yang bisa dipetik ?
Jangan sekali-kali kita mengikuti hal yang buruk dalam menyelesaikan masalah karena masih ada jalan keluar yang lebih baik, jika dipikirkan dengan matang-matang
 

Cerita Rakyat

Diposting oleh Purnama Clara Simanjuntak. di 5/21/2013 07:14:00 AM 0 komentar
"BATU GANTUNG"

Alkisah,di sebuah desa terpencil di pinggiran Danau Toba Sumatera Utara, hiduplah sepasang suami-istri dengan seorang anak perempuannya yang cantik jelita bernama Seruni. Selain rupawan, Seruni juga sangat rajin membantu orang tuanya bekerja di ladang. Setiap hari keluarga kecil itu mengerjakan ladang mereka yang berada di tepi Danau Toba, dan hasilnya digunakan untuk mencukupikebutuhan sehari-hari.

Pada suatu hari, Seruni pergi ke ladang seorang diri, karena kedua orang tuanya ada keperluan di desa tetangga. Seruni hanya ditemani oleh seekor anjing kesayangannya bernama si Toki. Sesampainya di ladang, gadis itu tidak bekerja, tetapi ia hanya duduk merenung sambil memandangi indahnya alam Danau Toba.

Sepertinya ia sedang menghadapi masalah yang sulit dipecahkannya. Sementara anjingnya, si Toki, ikut duduk di sebelahnya sambil menatap wajah Seruni seakan mengetahui apa yang dipikirkan majikannya itu. Sekali-sekali anjing itu menggonggong untuk mengalihkan perhatian sang majikan, namun sang majikan tetap saja usik dengan lamunannya.

Memang beberapa hari terakhir wajah Seruni selalu tampak murung. Ia sangat sedih, karena akan dinikahkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang pemuda yang masih saudara sepupunya. Padahal ia telah menjalin asmara dengan seorang pemuda pilihannya dan telah berjanji akan membina rumah tangga yang bahagia. Ia sangat bingung. Di satu sisi ia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya, dan di sisi lain ia tidak sanggup jika harus berpisah dengan pemuda pujaan hatinya. Oleh karena merasa tidak sanggup memikul beban berat itu, ia pun mulai putus asa.

“Ya, Tuhan! Hamba sudah tidak sanggup hidup dengan beban ini,” keluh Seruni. Beberapa saat kemudian, Seruni beranjak dari tempat duduknya. Dengan berderai air mata, ia berjalan perlahan ke arah Danau Toba. Rupanya gadis itu ingin mengakhiri hidupnya dengan melompat ke Danau Toba yang bertebing curam itu.

Sementara si Toki, mengikuti majikannya dari belakang sambil menggonggong. Dengan pikiran yang terus berkecamuk, Seruni berjalan ke arah tebing Danau Toba tanpa memerhatikan jalan yang dilaluinya. Tanpa diduga, tiba-tiba ia terperosokke dalam lubang batu yang besar hingga masuk jauh ke dasar lubang. Batu cadas yang hitam itu membuat suasana di dalam lubang itu semakin gelap. Gadis cantik itu sangat ketakutan. Di dasar lubang yang gelap, ia merasakan dinding-dinding batu cadas itu bergerak merapat hendak menghimpitnya.

“Tolooooggg……! Tolooooggg……! Toloong aku, Toki!” terdengar suara Seruni meminta tolong kepada anjing kesayangannya.

Si Toki mengerti jika majikannya membutuhkan pertolongannya, namun ia tidak dapat berbuat apa-apa, kecuali hanya menggonggong di mulut lubang. Beberapa kali Seruni berteriak meminta tolong, namun si Toki benar-benar tidak mampu menolongnnya. Akhirnya gadis itu semakin putus asa.

“Ah, lebih baik aku mati saja daripada lama hidup menderita,” pasrah Seruni.

Dinding-dinding batu cadas itu bergerak semakin merapat. “Parapat! Parapat batu… Parapat!” seru Seruni menyuruh batu itu menghimpit tubuhnya..

Sementara si Toki yang mengetahui majikannya terancam bahaya terus menggonggong di mulut lubang. Merasa tidak mampu menolong sang majikan, ia pun segera berlari pulang ke rumah untuk meminta bantuan. Sesampai di rumah majikannya, si Toki segera menghampiri orang tua Seruni yang kebetulan baru datang dari desa tetangga berjalan menuju rumahnya.

“Auggg…! auggg…! auggg…!” si Toki menggonggong sambil mencakar-cakar tanah untuk memberitahukan kepada kedua orang tua itu bahwa Seruni dalam keadaan bahaya.

“Toki…, mana Seruni? Apa yang terjadi dengannya?” tanya ayah Seruni kepada anjing itu.

“Auggg…! auggg…! auggg…!” si Toki terus menggonggong berlari mondar-mandir mengajak mereka ke suatu tempat.

“Pak, sepertinya Seruni dalam keadaan bahaya,” sahut ibu Seruni.

“Ibu benar. Si Toki mengajak kita untuk mengikutinya,” kata ayah Seruni.

“Tapi hari sudah gelap, Pak. Bagaimana kita ke sana?” kata ibu Seruni.

“Ibu siapkan obor! Aku akan mencari bantuan ke tetangga,” seru sang ayah. Tak lama kemudian, seluruh tetangga telah berkumpul di halaman rumah ayah Seruni sambil membawa obor. Setelah itu mereka mengikuti si Toki ke tempat kejadian. Sesampainya mereka di ladang, si Toki langsung menuju ke arah mulut lubang itu. Kemudian ia menggonggong sambil mengulur-ulurkan mulutnya ke dalam lubang untuk memberitahukan kepada warga bahwa Seruni berada di dasar lubang itu.

Kedua orang tua Seruni segera mendekati mulut lubang. Alangkah terkejutnya ketika mereka melihat ada lubang batu yang cukup besar di pinggir ladang mereka. Di dalam lubang itu terdengar sayup-sayup suara seorang wanita: “Parapat… ! Parapat batu… Parapat!”

“Pak, dengar suara itu! Itukan suara anak kita! seru ibu Seruni panik.

“Benar, bu! Itu suara Seruni!” jawab sang ayah ikut panik.

“Tapi, kenapa dia berteriak: parapat, parapatlah batu?” tanya sang ibu.

“Entahlah, bu! Sepertinya ada yang tidak beres di dalam sana,” jawab sang ayah cemas.

Pak Tani itu berusaha menerangi lubang itu dengan obornya, namun dasar lubang itu sangat dalam sehingga tidak dapat ditembus oleh cahaya obor.

“Seruniii…! Seruniii… !” teriak ayah Seruni.

“Seruni…anakku! Ini ibu dan ayahmu datang untuk menolongmu!” sang ibu ikut berteriak.

Beberapa kali mereka berteriak, namun tidak mendapat jawaban dari Seruni. Hanya suara Seruni terdengar sayup-sayup yang menyuruh batu itu merapat untuk menghimpitnya.

“Parapat… ! Parapatlah batu… ! Parapatlah!”

“Seruniiii… anakku!” sekali lagi ibu Seruni berteriak sambil menangis histeris.

Warga yang hadir di tempat itu berusaha untuk membantu. Salah seorang warga mengulurkan seutas tampar (tali) sampai ke dasar lubang, namun tampar itu tidak tersentuh sama sekali. Ayah Seruni semakin khawatir dengan keadaan anaknya. Ia pun memutuskan untuk menyusul putrinya terjun ke dalam lubang batu.

“Bu, pegang obor ini!” perintah sang ayah.

“Ayah mau ke mana?” tanya sang ibu.

“Aku mau menyusul Seruni ke dalam lubang,” jawabnya tegas.

“Jangan ayah, sangat berbahaya!” cegah sang ibu.

“Benar pak, lubang itu sangat dalam dan gelap,” sahut salah seorang warga.

Akhirnya ayah Seruni mengurungkan niatnya. Sesaat kemudian, tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Bumi bergoyang dengan dahsyatnya seakan hendak kiamat. Lubang batu itu tiba-tiba menutup sendiri. Tebing-tebing di pinggir Danau Toba pun berguguran. Ayah dan ibu Seruni beserta seluruh warga berlari ke sana ke mari untuk menyelamatkan diri. Mereka meninggalkan mulut lubang batu, sehingga Seruni yang malang itu tidak dapat diselamatkan dari himpitan batu cadas.

Beberapa saat setelah gempa itu berhenti, tiba-tiba muncul sebuah batu besar yang menyerupai tubuh seorang gadis dan seolah-olah menggantung pada dinding tebing di tepi Danau Toba. Masyarakat setempat mempercayai bahwa batu itu merupakan penjelmaan Seruni yang terhimpit batu cadas di dalam lubang. Oleh mereka batu itu kemudian diberi nama “Batu Gantung”.

Beberapa hari kemudian, tersiarlah berita tentang peristiwa yang menimpa gadis itu. Para warga berbondong-bondong ke tempat kejadian untuk melihat “Batu Gantung” itu. Warga yang menyaksikan peristiwa itu menceritakan kepada warga lainnya bahwa sebelum lubang itu tertutup, terdengar suara: “Parapat… parapat batu… parapatlah!”Oleh karena kata “parapat” sering diucapkan orang dan banyak yang menceritakannya, maka Pekan yang berada di tepi Danau Toba itu kemudian diberi nama “Parapat”.

Parapat kini menjadi sebuah kota kecil salah satu tujuan wisata yang sangat menarik di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Demikian cerita tentang asal-usul nama kota prapat. Cerita di atas termasuk cerita rakyat teladan yang mengandung pesan-pesan moral yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah akibat buruk dari sifat putus asa atau lemah semangat. Sifat ini tercermin pada sikap dan perilaku Seruni yang hendak mengakhiri hidupnya dengan melompat ke Danau Toba yang bertebing curam, namunia justru terperosok ke dalam lubang batu dan menghimpitnya hingga akhirnya meninggal dunia.

 

freeze, cold, and scary Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea